Kamis, 04 Oktober 2012

FALSAFAH HIDUP JAWA (ewuh pekewuh)

Dalam sebuah lirik lagu hiphop yg di populerkan oleh sebuah group Jogja HipHop Foundation (@JHFcrew) yang lirik lagu tersebut menceritakan sebuah ramalan R. Ng. Ranggawarsita yang ada dalam serat kalatidha membuka aib pemerintah di zamannya dengan sebutan amenangi zaman edan . dari serat kalatidha lah tercipta sebuah lirik yg sudah dirubah oleh penulis romo shindunata , lirik tersebut menceritakan sebuah kehancuran sebuah pemerintahan di jaman sekarang ini yang lupa akan rakyatnya beginilah liriknya
JULA JULI ZAMAN EDAN
pancen saiki jamane (jaman edan)
munggah bulan numpak dokar (soyo edan)
la politike saiki (ngedangdutan)
rakyate soyo kere (lek digoyang)

pancen saiki jamane (jaman edan)
niatku tuku manuk (leh kurungan)
politik ra dong bingung (kentekan program)
bokonge inul (iso kram kraman)

pancen saiki jamane (jaman edan)
wedang kopi gulo tebu (soyo edan)
rakyate la ra ngerti sopo (sing digugu)
ono koruptor watuk (hukume beres)

sego kucing regane sewu
rakyate luwe ra iso ngguyu
rejeki seret kok ra metu metu
ela nasibe yo wes kuwi mau

jamane jaman edan
ra edan ra keduman
pilih lali timbang kalah
sing lali bener sing eling salah

jamane jaman edan
melu edan ora tahan
pilih lali timbang kalah
sing lali bener sing eling salah

arep tuku jemblem (ning watu kiyem)
wong cilik podho meneng (ketok e tentrem)
neng atine panas (tem getam getem)
dendeng dendeng goreng (dioseng oseng)
ono celeng ndegleng (kok nyalon presiden)
ekonomi mampet (krisis ra lungo)
kudu sabar terus (marai sara)
ono udan pecuk (gerimis linggis)
sindu podho cek cok (rakyate mringis)

edaan, jamane wes edan
nduwe pitik loro dipangan macan
politik saiki kada karan
rakyat wes dho mlarat mergo kurang mangan
kapane rampunge krisis sosial

ndelok arek wedok irunge mekrok
renget wes nglesot isih ditabok

jamane jaman edan
ra edan ra keduman
pilih lali timbang kalah
sing lali bener sing eling salah

jamane jaman edan
melu edan ora tahan
pilih lali timbang kalah
sing lali bener sing eling salah

pancen saiki jamane (jaman edan)
endok telu disosor meri (soyo edan)
kudune mimpin sidang (malah nyanyi)
politik saiki malih (dadi campursari)

sewu kutho sewu ning ati
neng ndi neng ndi wong cilik mati

tiwas mbelani (milih DPR)
jebul ngantukan (ro mbolosan)
politik umup (rakyate mumet)
rodok gremat gremet (rejekine mampet)

sepur gluthuk kecemplung kali
negorone ambruk elite lali

pancen saiki jamane (jaman edan)
ngombe susu kecekel satpam (soyo edan)
kok yo tego tegone Sumanto (presidenku)
yo bersatu padu milih sing kleru

jamane jaman edan
ra edan ra keduman
pilih lali timbang kalah
sing lali bener sing eling salah


dari dalam lagu tersebut sudah dapat di jelaskan bahwa pemerintahan sekarang ini sudahlah sangat buruk,pemerintah sudah banyak mebohongi  rakyatnya. mungkin ramalan dari R. Ing. Ranggawarsita itu bisa di benarkan adanya bukan musrik atau percaya dengan ramalan tapi kejadian itu benar adanya dalam falsafah jawa adala sebuah ungkapan ewuh pekewuh . dan itu masuk dalam budaya politik orang jawa .
Memang tidak terlalu salah kalau dikatakan politik adalah sebuha PLAY . karena itu didalamnya terkadang terdapat sebuah skenario sandiwara yg sering berupaya untuk memenangkan suatu kepentingan tertentu . kalau ada tarik menarik kepentingan ini sudah agak keterlaluan akhirnya bisa bermuara ke arah kepentingan sebuah kelompok atau bahkan pribadi , inilah masa bejat yang terjebak ke dalam zaman edan . hal itu berarti zaman edan bisa muncul kapan saja .  zamana edan tak hanya merujuk pada peristiwa sekitar 1965-1966 ketika indonesia indonesia terjadi huru hara G30SPKI .
Mungkin akan lebih tepat jika dikatakan bahwa zaman edan akan muncul disetiap era termasuk orde baru dan reformasi saat ini . kalau dalam wacana politik bangsa kita sudah terjadi penyimpangan kewenangan , kekuasaan atau terlalu condong pada salah satu budaya politik tertentu yang lebih menguntungkan pejabat dari pada rakyatnya , ini jugalah tanda tanda zaman edan yang amat berat , bayangkan erosi etika jabatan masa orde baru dapat disaksikan bahwa pelaksanaan politik orde baru dalam menjalankan pemerintahan masih terdapat sisi-sisi hitam . kasus edi kancil yang lolos daru penjara LP cipinang adalah saksi dari kelamahan aparat hukum kita . belumlagi kasus wartawan udin, marsinah dan tragedi semanggi telah membuat aparat ewuh pekewuh untuk mengungkap . terlebih lagi kalau dalang kasus tersebut meyangkut orang besar atau anak orang tertentu akhirnya timbul seorang yg kebal hukum atau kasus yg di petieskan
Pada zaman orde baru yang serba berkutat pada budaya sungkan dan ewuh pekewuh . budaya ini antara lain ditandai dengan adanya negara kehilangan wibawa penguasa yang kehilangan etika , masyarakat yg kehilanga pranata dan alam akan terus melahirkan bencana . kegagalan ini berdapak pada krisis segala hal yg berkepanjangan khususnya krisis budaya dan kepercayaan , krisi ini sulit untuk di dongkrak dan dikemabalikan manakala masih terjadi periakaina terus menerus antara elit politik . mungkin sekali apa yg telah diramalkan para normal ki gendeng pamungkas KI kusumo dan permadi SH tentang krisis sebagai akibat kesrakahan ini baru akan reda di 12 bulanan lagi sulit menjadi kenyataan
Bukankah hal itu waran jaman edan yg terbumbui oleh budaya jawa yang sejak lama di terapkan dengan model ewuh pekewuh ? atau bahkan juga berimabas ungkapan jawa ngono yo ngono neng aja ngono , maksudnya boleh saja mengungkap kesalahan orang lain tapi ingat siapa yang di ungkap itu bejasa atau tidak ? bukti yang tidak akan hilang kita adalah bagaimana kesungguhan Presiden BJ Habibie andi M . Galib dan jajarannya dalam mengusut soeharto . padahal landasan hukum TAP MPPR tentang usaha ini sudah ada , telah di sosialisasikan lewat televisi namun mengapa masih ada kebocoran telefon yg sangat memalukan dunia internasional ?
Padahal jauh sebelum itu sebenarmya pak amien rais telah mengusulkan agar kekayaaan pejabat diteliti sebelum dan sesudah menjabat sehingga jikalau ada unsur KKN terlihat . alasannya agar terbangun clean gorvement . namun apa yang terjadi di panggung sandiwara politik negara ini , justru sering musykil . KPKPN yang di buat untuk mengurusi kekayaan pejabat lumpuh juga dalam mengoyak pejabat yang korup .
Apakah hal itu justru tidak menantang para antropolog politik untuk ikut berperan serta dalam melirik zaman yang serba di bumbui krisis budaya  ? apakah seorang antropolog politikmampu memeberikan sumbangan terhadap merembaknya zaman edan yang akan berakibat pada kemunafikan politk dan kebudayaan terhadapa hakikat realitas hidup . kalau antropolog politik memiliki nyali ke arah kritis budaya politik dimasa orde baru , besar kemungkinan kita tidak akan laa menanti ramalan bersar jangka jayabaya (KR, 4 mei 1997) yakni tentang suatu keyakinan pergantian nasional memang akan melewati tiga babak : (1) satriya kinunjara , yaitu tokoh bungkarno yang harus keluar masuk penjara , orang mengatakan sukarno ( di ungkar ungkar kena atau diganggu kekuasaanya boleh ) (2). Satriya mukti lan wibawa (analog dengan suharto , oorang yg banyak mengumpulkan harta atau kekayaan ) dan (3). Satriya piningit (pimpinan yang masih di simpan belum jelas kapan adanya ) masih menunggu waktu mungkin nanti sampai ratu adil
Kini antropolog politikdi tantang untuk ikut memikirkan denyut budaya politik orde baru yang kemungkinan besar masih menggejala lagu . setidaknya jika hal itu di kurangin kita tidak akan terus amenangi zaman edan saja , melainkan harus seperti diungkapakan Horie (1996:81) yakni kita harus amerangi zaman edan . pendek kata perlu sekali melihat lebih jauh konteks budaya yang pada saat orde baru mendominasi dalam perjalan politik . tidakkan waktuitu yang di agung agungkan adalah paham kekuasaan jawa ? lepas dari paham ini baik atau kurang baik tepa perlu di tinjau kembali . setidaknya agar memperoleh  klarifikasi akan adanya kekeliruan implementasi paham kekuasaan jawa atau tidak dalam kancah politik orde baru .